Authentication
383x Tipe DOCX Ukuran file 0.03 MB
Perkembangan Peserta Didik Peranan Penting Pendidikan Karakter bagi Pembangunan Bangsa Disusun Oleh : Nicky Oktafiani (1401050060) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO PURWOKERTO 2015 Peranan Penting Pendidikan Karakter bagi Pembangunan Bangsa Ketika bangsa Indonesia bersepakat untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, para bapak pendiri bangsa menyadari bahwa paling tidak ada tiga tantangan besar yang harus dihadapi. Pertama, adalah mendirikan Negara yang bersatu dan berdaulat, kedua adalah membangun bangsa, dan ketiga adalah membangun karakter. Ketiga hal tersebut secara jelas tampak dalam konsep Negara bangsa dan pembangunan karakter bangsa. Di Indonesia pelaksanaan pendidikan karakter saat ini memang dirasakan mendesak. Gambaran situasi masyarakat bahkan situasi dunia pendidikan di Indonesia menjadi motivasi pokok pengarusutamaan implementasi pendidikan karakter di Indonesia. Pendidikan karakter di Indonesia dirasakan perlu pengembangannya bila mengingat makin meningkatnya tawuran antar pelajar, serta bentuk-bentuk kenakalan remajalainnya terutama dikota besar, pemerasan atau kekerasan kecenderungan dominasi senior terhadap junior, fenomena supporter bonek, penggunaan narkoba, dan lain-lain. Disiplin dan tata tertib berlalu lintas, budaya antre, budaya baca sampai budaya hidup bersih dan sehat, keinginan menghargai lingkungan masih jauh di bawah standar. Di kota-kota besar lampu merah seolah-olah tidak lagi berfungsi. Jika tidak ada petugas, menyerobot lalu lintas adalah kejadian sehari-hari. Kondisi bangsa seperti itu, yang mengabaikan pentingnya pendidikan karakter sehingga berdampak multi dimensi Soedarsono (2009). Dampak multi dimensi menyebabkan Indeks Pembangunan Manusia, IPM (Human Development Index, HDI) Indonesia akhir-akhir ini selalu berkutat di sekitar 110 dan terendah di antara Negara-negara pendiri ASEAN. Sementara itu, dalam dunia pendidikan kasusu bertindak curang baik berupa tindakan mencontek, mencontoh pekerjaan teman atau mencontoh dari buku pelajaran seolah-olah merupakan kejadian sehari-hari. Bahkan dalam pelaksanaan ujian akhir sekolah seperti ujian akhir nasional di sementara daerah ditengarai ada guru memberikan kunci jawaban kepada siswa. Dalam pada itu, di perguruan tinggi hal yang sama juga terjadi. Hal yang amat memprihatinkan di samping fenomena mencontek dikalangan mahasiswa adalah hilangnya rasa malu dan berkembangnya plagiarism pada sejumlah mahasiswa tingkat akhir mulai dari mahasiswa tingkat sarjana bahkan sampai mahasiswa tingkat doctor. Di sebuah perguruan tinggi ternama terungkap bahwa disertasi seorang promovendus mencontek skripsi hasil karya bimbingannya. Tragisnya bahkan seorang yang telah menyandang jabatan guru besar terbukti melakukan plagiarisme. Terkait dengan itu perlu ditegaskan bahwa korupsi bukan hanya soal mencuri uang Negara. Seorang akademikus yang melakukan plagiat atau seorang siswa yang mencontek tidaklah mencuri uang Negara, tetapi plagiat dan mencontek adalah identik dengan korupsi. Begitu pula mahasiswa yang memalsukan tanda tangan kehadiran, apalagi yang membayar pada saat ujian , yang pada hakikatnya menyuap, untuk mendapatkan nilai A. Sumani (2011) dalam memoirs pribadinya pada suatu kesempatan pernah memberikan pertanyaan kepada sejumlah guru: “jika ulangan dan bapak/ibu guru harus meninggalkan kelas untuk ke kamar kecil, berapa persen anak-anak yang mencontek?” Sedihnya para guru umumnya menyebutkan hamper seluruhnya, 90%, 80% dan seterusnya. Tidak pernah dijumpai guru yang mengatakan tidak ada yang mencontek atau katakanalah yang mencontek dibawah 50%. Sementara itu, dalam arah dan kebijakan serta prioritas pendidikan karakter ditegaskan bahwa pendidikan karakter sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari upaya pencapaian visi pembangunan nasional yang tertuang dalam rencana pembangunan nasional yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Tahun 2005-2025. Berkaitan dengan dirasakan semakin mendesaknya implementasi pendidikan karakter di Indonesia tersebut, Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan Kementrian Pendidikan Nasional dalam publikasinya berjudul Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter (2011) menyatakan bahwa pendidikan karakter ada intinya bertujuan membentuk bangsa yang tangguh kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotic, berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan yang Maha Esa berdasarkan Pancasila. DAFTAR PUSTAKA Hariyanto, 2011, Pendidikan Karakter, Bandung: Remaja Rosdakarya . Samani, Muchlas, 2011, Tiga Setengah Tahun Bersama Direktorat Ketenagaan, Surabaya. Soedarsono, Soemarno, 2009, Karakter Mengenal Bangsa Dari Gelap Menuju Teran, Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
no reviews yet
Please Login to review.