117x Filetype PDF File size 0.19 MB Source: eprints.umm.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agroforestry Menurut Soemarwoto “Hutan adalah salah satu komponen lingkungan hidup yang sangat vital. Hutan merupakan sumber daya ekonomi pemasok kayu dan non-kayu, misalnya rotan dan berbagai jenis getah. Hutan sebagai sumberdaya ekonomi yang menonjol dalam kehidupan, terutama kayunya, sedangkan hasil non- kayu belum mendapat perhatian. Lahan hutan merupakan sumberdaya yang banyak dimanfaatkan, misalnya untuk transmigrasi dan pembangunan perkebunan. Hutan mempunyai fungsi ekologis yang sangat penting antara lain, hidrologis, penyimpanan sumberdaya genetic, mengatur kesuburan tanah hutan dan iklim serta rosot (penyimpan sink) karbon” (2001). Dalam Bahasa Indonesia “kata agroforestry dikenal dengan istilah wanatani atau agroforestri yang arti sederhananya adalah menanam pepohonan di lahan pertanian. Sistem agroforestry merupakan kombonasi antara jenis pepohonan dengan tanaman semusim dengan/tanpa ternak atau hewan. Agroforestry merupakan salah satu model pertanian berkelanjutan yang tepat guna, sesuai dengan keadaan petani” Menurut Maruapey (2013) “Agroforestry merupakan salah satu bentuk pemanfaatan lahan secara multi tajuk yang terdiri dari campuran pepohonan dengan tanaman pertanian. Dengan komposisi tanaman yang bervariasi menjadikan keberadaan hutan ada dan masyarakat masih mendapatkan hasil dari produksi tanaman pertanian. Agroforestry merupakan suatu sistem penggunaan lahan yang 5 cukup unik yang mencoba mengkombinasikan beberapa macam pohon baik dengan atau tanpa tanaman semusim atau ternak pada lahan yang sama untuk mendapatkan berbagai macam keuntungan. Jadi pada dasarnya, agroforestry mempunyai beberapa komponen penyusun utama yaitu, pohon (tanaman berkayu), tanaman non-pohon, ternak dan manusia dan masing-masing komponen saling berinteraksi satu sama lain”. Fungsi agroforestry menurut Hairiah dan Sumeru (2013) “agroforestry memiliki beberapa fungsi dalam hal konservasi dan rehabilitasi lahan, karena dalam penerapannya terdapat pohon atau tanaman kehutanan. Dengan adanya tanaman kehutanan maka laju erosi akan terhambat karena salah satu dari fungsi akar tanaman sebagai jangkar tanah atau pengikat tanah, sehingga agregat tanah tidak mudah pecah dan terbawa air”. “Budidaya model agroforestry dapat menjaga kestabilan tekstur tanah pada suatu lahan, hal ini ditunjukkan dari penelitin- penelitian terlebih dahulu. Agroforestry memberikan penghasilan tambahan bagi masyarakat maupun pengelola lebih tepatnya dapat meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar hutan. Pola seperti ini sudah dilakukan oleh Perum Perhutani dan banyak yang sudah melakukan penelitian tentang perubahan perekonomian masyarakat sekitar hutan dengan adanya agroforestry” (Khalif, dkk, 2014). Dengan adanya sistem agroforestry maka masayarakat sekitar hutan dapat menerapkan dua hal sekaligus, yaitu menjaga kestabilan ekosistem dan meningkatkan kesejahteraan dalam satu lahan. 2.2 Tegakan Hutan dan Tanaman Semusim "Salah satu kunci keberhasilan agroforestry terletak pada usaha meningkatkan pemahaman terhadap interaksi antar tanaman (tujuan jangka pendek) 6 dan dampaknya terhadap perubahan kesuburan tanah (tujuan jangka panjang). Guna menghindari kegagalan agroforestry, ada tiga hal utama yang harus diperhatikan yaitu, proses terjandinya interaksi, faktor penyebab terjadi interaksi dan jenis-jenis interaksi” (Hairiah, 2002). Tegakan pada Arief (2001) “merupakan unit agak homogen yang dapat dibedakan dengan jelas dari tegakan di sekitarnya dari segi umur, komposisi, struktur, dan tempat tumbuh. Tegakan atau tegakan hutan (forest stand) merupakan suatu areal hutan beserta pepohonan yang mendapat pemeliharaan sama”. Selanjutnya Daniel (1992) menunjukkan “dinamika tegakan didasarka pada prinsip-prinsip ekologis yang telah memberikan kontribusi kepada sifat tegakan, seperti suksesi, persaingan, toleransi dan konsep zone optimum. Faktor-faktor ini secara langsung mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tegakan yang ada”. Menurut Syafrezani (2009) “Tumbuhan semusim adalah tanaman yang berkecambah, tumbuh, berbunga, menghasilkan biji, dan mati hanya dalam setahun atau bahkan kurang sedikit daripada setahun. Jenis tanaman seperti ini biasanya berkecambah 8-10 minggu apabila ditanam memakai biji. Di daerah tropis, tumbuhan ini dapat tumbuh dimana saja. Di daerah subtropis, tumbuhan ini hanya dapat ditumbuhkan pada musim semi saja. Beberapa spesies bisa tumbuh di musim dingin. Bunga matahari, tomat dan kacang polong termasuk dalam kategori ini. Beberapa spesies lainnya tumbuh dengan sangat lambat”. Komponen penyusun utama agroforestri adalah komponen kehutanan, pertanian, dan/atau peternakan. Agroforstri memiliki banyak istilah dan dapat di golongkan menjadi beberapa golongan, salah satunya dapat digolongkan dari 7 komponen penyusunnya. Menurut Sudjono, Mustofa Agung (2003) “ditinjau dari komponennya, agroforestri dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1. Agrisilvikultur (Agrisilvicultural systems) Agrisilvikultur adalah sistem agroforestri yang mengkombinasikan komponen kehutanan (atau tanaman berkayu/woody plants) dengan komponen pertanian (atau tanaman non-kayu). Tanaman berkayu dimaksudkan yang berdaur panjang (tree crops) dan tanaman non-kayu dari jenis tanaman semusim (annual crops). Dalam agrisilvikultur, ditanam pohon serbaguna atau pohon dalam rangka fungsi lindung pada lahan-lahan pertanian. 2. Silvopastura (Silvopastural systems) Sistem agroforestri yang meliputi komponen kehutanan (atau tanaman berkayu) dengan komponen peternakan (atau binatang ternak/pasture) disebut sebagai sistem silvopastura. Beberapa contoh silvopastura antara lain: Pohon atau perdu pada padang penggembalaan (Trees and shrubs on pastures), atau produksi terpadu antara ternak dan produk kayu (integrated production of animals and wood products). 3. Agrosilvopastura (Agrosilvopastural systems) Telah dijelaskan bahwa sistem-sistem agrosilvopastura adalah pengkombinasian komponen berkayu (kehutanan) dengan pertanian (semusim) dan sekaligus peternakan/binatang pada unit manajemen lahan yang sama. Tegakan hutan alam bukan merupakan sistem agrosilvopastura, walaupun ketiga komponen pendukungnya juga bisa dijumpai dalam ekosistem dimaksud. Pengkombinasian dalam agrosilvopastura dilakukan secara terencana untuk mengoptimalkan fungsi 8
no reviews yet
Please Login to review.