Authentication
444x Tipe DOCX Ukuran file 0.92 MB
LAPORAN PRAKTIKUM KORALOGI TRANSEK GARIS TERUMBU KARANG PULAU ENGGANO DISUSUN OLEH : Nama : Zerli Selvika NPM : E1I012001 Prodi : Ilmu Kelautan Dosen : Dewi Purnama S.Pi.,M.Si PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BENGKULU 2014 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan di laut sama seperti di daratan, tumbuh-tumbuhan merupakan produsen yang sesungguhnya, artinya biota ini mampu membuat zat-zat organik yang majemuk dari senyawa-senyawa anorganik yang sederhana yang terlarut dalam air. Tanpa tumbuh- tumbuhan laut sebagai penghasil makanan primer, perkembangan kehidupan hewan laut umumnya tidak akan mungkin berjalan. Tumbuhan tingkat tinggi tersebut sering disebut lamun (sea grass), sedangkan untuk tumbuhan tingkat rendah disebut rumput laut (sea weed). Tumbuhan yang hidup di daerah pantai yang berlumpur biasanya adalah bakau (mangrove). Ekosistem terumbu karang merupakan bagian dari ekosistem laut yang penting karena menjadi sumber kehidupan bagi beraneka ragam biota laut. Di dalam ekosistem terumbu karang ini pada umumnya hidup lebih dari 300 jenis karang, yang terdiri dari sekitar 200 jenis ikan dan berpuluh-puluh jenis moluska, crustacean, sponge, alga, lamun dan biota lainnya (Dahuri, 2000 dalam Saleh, 2007). Terumbu karang mempunyai fungsi yang sangat penting sebagai tempat memijah, mencari makan, daerah asuhan bagi biota laut dan sebagai sumber plasma nutfah. Terumbu karang juga merupakan sumber makanan dan bahan baku substansi bioaktif yang berguna dalam farmasi dan kedokteran. Selain itu terumbu karang juga mempunyai fungsi yang tidak kalah pentingnya yaitu sebagai pelindung pantai dari degradasi dan abrasi. Semakin bertambahnya nilai ekonomis maupun kebutuhan masyarakat akan sumberdaya yang ada di terumbu karang seperti ikan, udang lobster, tripang dan lain-lain. maka aktivitas yang mendorong masyarakat untuk memanfaatkan potensi tersebut semakin besar pula. Dengan demikian tekanan ekologis terhadap ekosistem terumbu karang juga akan semain meningkat. Meningkatnya tekanan ini tentunya akan dapat mengancam keberadaan dan kelangsungan ekosistem terumbu karang dan biota yang hidup di dalamnya. Sehingga sudah waktunya kita mengambil tindakan yang cepat dan tepat guna mengurangi laju degradasi terumbu karang akibat eksploitasi oleh manusia. Atas dasar hal tersebut di atas, maka diperlukan sebuah cara untuk memantau kondisi terumbu karang setiap saat dalam rangka upaya mengontrol laju degradasi yang terjadi baik oleh alam maupun aktivitas manusia. Untuk kepentingan tersebut maka dikembangkan berbagai metode dalam memantau kondisi ekosistem terumbu karang. Diantara metode yang ada saat ini antara lain metode RRA (Rapid Reef Resource Assessment), metode Line Intercept Transect (LIT) dan metode Quadrant (Plot). Dalam kegiatan ini akan diperkenalkan dua metode yang umum dipakai yaitu, metode RRA sederhana (Manta tow) dan metode transek garis/Line Intercept Transect (LIT). Manta tow dipergunakan untuk pengamatan seluruh kondisi terumbu karang di suatu area yang luas, sedangkan untuk wilayah yang cakupan wilayahnya kecil atau sempit seperti daerah Perlindungan Laut (DPL) berbasis masyarakat maka metode yang tepat dipergunakan adalah Line Intercept Transect (LIT)/Transek garis. 1.2 Tujuan Praktikum Tujuan dari praktikum koralogi ini adalah sebagai berikut : 1. Mengidentifikasi jenis terumbu karang 2. Menghitung persentase penutupan karang hidup BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Terumbu Karang Terumbu adalah endapan-endapan masif yang penting dari kalsium karbonat yang terutama dihasilkan oleh karang (filum Cnidaria, klas Anthozoa, ordo Madreporaria = Sleractinia) dengan sedikit tambahan dari alga berkapur dan organisme-organisme lain yang mengeluarkan kalsium karbonat. Meskipun karang ditemukan di seluruh lautn di dunia, baik di perairan kutub ataupun di perairan ugahari, seperti halnya daerah tropik, terumbu karang hanya berkembang di daerah tropik. Hal ini disebabkan karena adanya dua kelompok karang yang berbeda, yang satu dinamakan hermatipik dan yang lain ahermatipik. (Nybakken, 1992) Terumbu karang adalah ekosistem khas daerah tropis dengan pusat penyebaran di wilayah Indo-Pasifik. Terbatasnya penyebaran terumbu karang di perairan tropis dan secara melintang terbentang dari wilayah selatan Jepang sampai utara Australia dikontrol oleh faktor suhu dan sirkulasi permukaan (surface circulation). Penyebaran terumbu karang secara membujur sangat dipengaruhi oleh konektivitas antar daratan yang menjadi stepping stones melintasi samudera. Kombinasi antara faktor lingkungan fisik (suhu dan sirkulasi permukaan) dengan banyaknya jumlah stepping stones yang terdapat di wilayah Indo-Pasifik diperkirakan menjadi faktor yang sangat mendukung luasnya pemencaran terumbu karang dan tingginya keanekaragaman hayati biota terumbu karang di wilayah tersebut. Ekosistem terumbu karang merupakan salah satu ekosistem perairan dangkal yang memegang peranan penting sebagai habitat dan tempat berlindung berbagai organisme laut. Secara fisik ekosistem terumbu karang juga memainkan peranan yang penting sebagai pelindung garis pantai. Selain itu keindahan terumbu dan penghuninya menjadi daya tarik tersendiri bagi manusia. Mengingat hal tersebut diatas, penting bagi kita untuk lebih memahami karang itu sendiri serta komponen – komponen biatik dan abiotik yang terdapat dalam ekosistem terumbu karang, sehingga kita dapat lebih mudah untuk memahami perbedaan komponen ekologi yang terdapat pada ekosistem terumbu karang dengan wilayah pesisir pantai dan perairan litoral (intertidal) (Nybakken,J.W. 1988).
no reviews yet
Please Login to review.