jagomart
digital resources
picture1_Contoh Makalah Sastra


 430x       Tipe DOCX       Ukuran file 0.05 MB    


File: Contoh Makalah Sastra
bab i pendahuluan 1 1 latar belakang sastra dan kehidupan tidak dapat dipisahkan sebagaimana dalam perkembangannya sastra selalu menghadirkan hidup dan kehidupan dalam masyarakat peristiwa yang digambarkan dalam karya sastra ...

icon picture DOCX Word DOCX | Diposting 09 Jan 2022 | 3 thn lalu
Berikut sebagian tangkapan teks file ini.
Geser ke kiri pada layar.
                         Bab I
                       Pendahuluan
       1.1       Latar Belakang 
          Sastra dan kehidupan tidak dapat dipisahkan. Sebagaimana dalam perkembangannya
       sastra selalu menghadirkan hidup dan kehidupan dalam masyarakat. Peristiwa yang digambarkan
       dalam karya sastra bisa terjadi dalam kehidupan nyata maupun di luar alam nyata. Sastra
       merupakan salah satu bentuk komunikasi yang disampaikan melalui bahasa. Dalam hal ini, sastra
       selain menyajikan nilai-nilai keindahan serta paparan peristiwa, juga mampu mengajak pembaca
       untuk berkontemplasi menemukan nilai-nilai dan menghayati kekompleksitasan kehidupan
       secara mendalam (Sugiarti, 2002:1). 
          Sehubungan   dengan   hal   ini,   Sugiarti   (2002:2)   berpendapat,   bahwa   karya   sastra
       merupakan khasanah intelektual dengan caranya sendiri merekam dan menyuarakan nilai-nilai
       yang hidup dalam masyarakat. Selain itu, karya sastra berbeda dengan teori-teori, tidak hanya
       berbicara kepada intelek pembacanya melainkan secara keseluruhan kepribadiannya. Dalam hal
       ini, karya sastra dapat dikatakan sebagai bagian integral yang penting dari proses sosial dan
       kebudayaan.
          Macam-macam  karya   sastra   meliputi   puisi,   roman,   novel,   drama,   dan   cerpen.
       Mempelajari dan meneliti karya sastra terdapat unsur-unsur pembangun, baik unsur intrinsik
       maupun unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik merupakan unsur-unsur yang membangun karya sastra
       berkaitan dengan peristiwa cerita, plot, penokohan, tema, latar, sudut pandang penceritaan, dan
       bahasa atau gaya bahasa
    1.2       Rumusan Masalah
       1. Apa itu sastra?
       2. Bagaimana sifat karya sastra?
       3. Apa saja manfaat karya sastra?
    1.3       Tujuan Pembahasan
       1. Untuk mengetahui tentang apa itu sastra.
       2. Untuk mengetahui sifat-sifat karya sastra.
       3. Untuk mengetahui manfaat karya sastra.
                           
                            
                           
                         Bab II
                       Pembahasan
    2.1       Pengertian Sastra
          A. Teeuw (1984) dan Luxemburg (1986) mengemukakan bahwa belum ada seorang pun
       yang memberikan jawaban yang ketat untuk pertanyaan tentang definisi sastra. Hal senada
       diungkapkan pula oleh B. Rahmanto (2000), Suminto A. Sayuti (2002), dan seorang sastrawan
       Malaysia, Ali Ahmad, dalam sebuah tulisan berjudul “Mencari Definisi Kesusastraan” (dalam
       Hamzah Hamdani 1988:19-26).
          Lebih jauh Luxemburg (1986:3-4) mengemukakan bahwa usul untuk mendefinisikan
       sastra   banyak   sekali   jumlahnya   tetapi   usul-usul   yang   memuaskan   tidak   banyak.   Ia
       mengemukakan alasan-alasannya sebagai berikut: (1) Sering orang ingin mendefinisikan terlalu
       banyak sekaligus. Sering dilupakan bahwa ada suatu perbedaan antara sebuah definisi deskriptif
       mengenai sastra—yang memberi jawaban terhadap pertanyaan: sastra itu apa?—dan sebuah
       definisi evaluatif yang ingin menilai apakah suatu karya sastra termasuk karya sastra yang baik
       atau tidak; (2) Sering orang mencari sebuah definisi “ontologis” mengenai sastra, yaitu sebuah
       definisi yang mengungkapkan hakikat sebuah karya sastra sambil melupakan bahwa sastra
       hendaknya didefinisikan di dalam situasi para pemakai dan pembaca sastra; (3) Yang berkaitan
       dengan itu, sering anggapan mengenai sastra terlalu ditentukan oleh contoh sastra Barat,
       khususnya sejak zaman Renaissance, tanpa menghiraukan bentuk-bentuk sastra yang khas seperti
       terdapat dalam lingkungan kebudayaan di luar Eropa, di dalam zaman-zaman tertentu atau di
       dalam lingkungan sosial tertentu. Misalnya, konsep tentang sastra yang diterapkan bagi zaman
       klasik Eropa dan bagi lingkungan kebudayaan di luar Eropa sekaligus juga mau diterapkan bagi
       lingkungan kebudayaan Eropa-Amerika modern; (4) Pernah diberikan definisi-definisi yang
       kurang lebih memuaskan berkaitan dengan sejumlah jenis sastra, tetapi yang kurang relevan
       diterapkan pada sastra pada umumnya. Demikian misalnya disajikan sebuah definisi yang cocok
       bagi puisi, sedangkan yang dicari ialah sebuah definisi yang tepat bagi sastra pada umumnya.
          Pendek kata, dalam pandangan Luxemburg, pengertian-pengertian tentang sastra sendiri
       sering dimutlakkan dan dijadikan sebuah tolok ukur atau parameter universal padahal perlu
       diperhatikan kenisbian historis sebagai titik pangkal.
          Menurut Luxemburg (1986:9-11) tidak mungkin memberikan sebuah definisi yang
       universal mengenai sastra. Sastra bukanlah sebuah benda yang kita jumpai, sastra adalah sebuah
       nama yang dengan alasan tertentu diberikan pada sejumlah hasil tertentu dalam suatu lingkungan
       kebudayaan. Luxemburg menyebut sejumlah faktor yang mendorong para pembaca untuk
       menyebut teks ini sastra dan teks itu bukan sastra. Sejumlah faktor itu adalah sebagai berikut: (1)
       yang dikaitkan dengan pengertian sastra ialah teks-teks yang tidak melulu disusun atau dipakai
       untuk suatu tujuan komunikatif yang praktis dan yang hanya berlangsung untuk sementara waktu
       saja. Secara agak dibuat-buat hasil sastra dipergunakan dalam situasi komunikasi yang diatur
       oleh suatu lingkungan kebudayaan tertentu; (2) bagi sastra Barat dewasa ini kebanyakan teks
       drama dan cerita mengandung unsur fiksionalitas; (3) puisi lirik tidak begitu saja kita namakan
       “rekaan”. Di sini Luxemburg lebih suka menggunakan kategori konvensi distansi; (4) dalam
       sastra bahannya diolah secara istimewa. Ini berlaku bagi puisi maupun prosa; (5) sebuah karya
       sastra dapat kita baca menurut tahap-tahap arti yang berbeda-beda…. Sejauh mana tahap-tahap
       arti itu dapat kita maklumi sambil membaca sebuah karya sastra tergantung pada mutu karya
       sastra yang bersangkutan dan kemampuan pembaca dalam bergaul dengan teks-teks sastra; (6)
       juga karya-karya sastra yang bersifat nonfiksi dan yang juga tidak dapat digolongkan pada puisi,
       karena ada kemiripan, digolongkan pada karya sastra; (7) terdapat karya-karya yang semula tidak
       dianggap sebagai suatu karya sastra tetapi kemudian dimasukkan ke dalam kategori sastra.
          Luxemburg (1986:11-12) lebih jauh menilai sastra sebagai berikut: (1) karena sifat
       rekaannya, sastra secara langsung tidak mengatakan sesuatu mengenai kenyataan dan juga tidak
       menggugah   kita   untuk   langsung   bertindak.   Justru   oleh   karena   itu   sastra   memberikan
       kemungkinan dan keleluasaan untuk memperhatikan dunia-dunia lain, kenyataan-kenyataan yang
       hanya hidup dalam angan-angan, sistem-sistem nilai yang tidak dikenal atau yang bahkan tidak
       dihargai; (2) sambil membaca sebuah karya sastra kita dapat mengadakan identifikasi dengan
       seorang tokoh, dengan orang lain; (3) bahasa sastra dan pengolahan bahan lewat sastra dapat
       membuka batin kita bagi pengalaman-pengalaman baru atau mengajak kita untuk mengatur
       pengalaman tersebut dengan suatu cara baru; (4) selain itu, bahasa sastra dan sarana-sarana sastra
       masih mempunyai nilai tersendiri; (5) dalam lingkungan kebudayaan sastra merupakan sebuah
       sarana yang sering dipergunakan untuk mencetuskan pendapat-pendapat yang hidup di dalam
       masyarakat. 
          Sementara itu, Yus Rusyana (1984:298) mengemukakan bahwa sastra adalah bentuk
       kegiatan kreatif manusia yang mempergunakan bahasa sebagai mediumnya. Batasan itu berada
       dalam suatu cahaya pemikiran yang sama dengan Wellek dan Austin (1983:3) yang menyebutkan
       bahwa sastra adalah suatu kegiatan kreatif, suatu karya seni. Sedangkan Jakob sumardjo dan
       Saini KM (1988:3) mendefinisikan sastra: ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman,
       pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambararan kongkret yang
       membangkitkan pesona dengan alat bahasa.
          Menurut   Jakob   Sumardjo   dan   Saini   KM   (1988:16-17)   terdapat   tiga   hal   yang
       membedakan karya sastra dengan bukan karya sastra. Ketiga hal itu adalah: (1) sifat khayali
       sastra; (2) adanya nilai-nilai seni; dan (3) adanya cara penggunaan bahasa yang khas. Karya
       sastra bukan hanya mengejar bentuk ungkapan yang indah. Karya sastra juga menyangkut
       masalah isi ungkapan, bahasa ungkapannya, dan nilai ekspresinya. Berdasarkan semua itu,
       penilaian terhadap suatu karya sastra sebagai bermutu (atau tidak bermutu) harus berdasarkan
       penilaian bentuk, isi, ekspresi, dan bahasanya. Sebenarnya unsur-unsur tersebut tidak berdiri
       sendiri-sendiri. Semuanya merupakan suatu kesatuan yang tidak mungkin dipisah-pisahkan.
       Hanya demi kepentingan analisislah bentuk karya sastra yang bermutu tadi perlu dibeda-
       bedakan.
       Jakob Sumardjo dan Saini KM (1988:5-8) mengajukan sepuluh syarat karya sastra dapat disebut
       sebagai karya sastra bermutu, yaitu sebagai berikut: (1) karya sastra adalah suatu usaha merekam
       isi jiwa sastrawannya. Rekaman ini menggunakan alat bahasa; (2) sastra adalah komunikasi; (3)
       sastra adalah sebuah keteraturan. Karya sastra memiliki peraturan sendiri dalam dirinya; (4)
       sastra adalah penghiburan; (5) sastra adalah sebuah integrasi; (6) karya sastra yang bermutu
       merupakan suatu penemuan; (7) karya sastra yang bermutu merupakan ekspresi sastrawannya;
Kata-kata yang terdapat di dalam file ini mungkin membantu anda melihat apakah file ini sesuai dengan yang dicari :

...Bab i pendahuluan latar belakang sastra dan kehidupan tidak dapat dipisahkan sebagaimana dalam perkembangannya selalu menghadirkan hidup masyarakat peristiwa yang digambarkan karya bisa terjadi nyata maupun di luar alam merupakan salah satu bentuk komunikasi disampaikan melalui bahasa hal ini selain menyajikan nilai keindahan serta paparan juga mampu mengajak pembaca untuk berkontemplasi menemukan menghayati kekompleksitasan secara mendalam sugiarti sehubungan dengan berpendapat bahwa khasanah intelektual caranya sendiri merekam menyuarakan itu berbeda teori hanya berbicara kepada intelek pembacanya melainkan keseluruhan kepribadiannya dikatakan sebagai bagian integral penting dari proses sosial kebudayaan macam meliputi puisi roman novel drama cerpen mempelajari meneliti terdapat unsur pembangun baik intrinsik ekstrinsik membangun berkaitan cerita plot penokohan tema sudut pandang penceritaan atau gaya rumusan masalah apa bagaimana sifat saja manfaat tujuan pembahasan mengetahui tenta...

no reviews yet
Please Login to review.