Authentication
301x Tipe PDF Ukuran file 0.45 MB Source: dewey.petra.ac.id
2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Interpersonal Menurut Joseph A. DeVito, komunikasi interpersonal adalah “communication between two persons or among a small group of persons. The communication emphasized in the study of interpersonal communication is communication of a continuing personal (rather than temporary and impersonal) nature; it’s communication between or among intimates or those involved in close relationships—friends, romantic partners, family, and co- workers.” (DeVito, 2015: 2). Komunikasi interpersonal merupakan komunikasi antara dua orang atau antara kelompok kecil. Komunikasi yang ditekankan dalam studi mengenai komunikasi interpersonal adalah komunikasi akrab/pribadi yang berlanjut (daripada sebentar dan tidak pribadi) dengan sifat; ini merupakan komunikasi antar pribadi, atau mereka yang tergabung dalam hubungan dekat—teman, pacar, keluarga, dan rekan kerja. Sementara menurut Solomon & Theiss, “Interpersonal communication creates a connection between people, such that one person’s actions affect and reflect the other person’s actions. Interpersonal communication involves paying attention to the characteristics and circumstances that make the participants unique individuals.” (2013: 5). Komunikasi interpersonal menghubungkan antara orang, di mana perbuatan satu orang mempengaruhi dan memantulkan aktivitas orang yang lainnya. Komunikasi interpersonal melibatkan perhatian untuk karakteristik dan lingkungan yang membuat orang- orang yang ambil bagian individu yang unik. Ada pula definisi lain, menyatakan bahwa “komunikasi interpersonal, merupakan bentuk komunikasi antar komunikasi yang terjadi secara tatap muka, di mana memungkinkan setiap pesertanya untuk menangkap informasi dari reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal maupun non verbal.” (Mulyana, 2007). Ronald, Lawrence, dan Russell (2007) mendefinisikan komunikasi interpersonal dari sudut pandang kualitatif merupakan sebuah 13 Universitas Kristen Petra komunikasi yang terjadi ketika seseorang memperlakukan satu sama lain sebagai individu yang unik. Komunikasi interpersonal adalah dengan tatap muka karena itu kemungkinan umpan balik (feedback) besar sekali. Adanya interaksi antara satu dengan yang lain, seseorang dapat mempengaruhi yang lain, dan kedua-duanya saling memengaruhi, dan memberi serta menerima dampak. Pengaruh itu terjadi pada dataran kognitif-pengetahuan, efektif-perasaan, dan behavioral-perilaku. Semakin berkembang komunikasi interpersonal, semakin sering umpan balik dan interaksinya karena peran pihak-pihak yang terlibat berubah peran dari penerima pesan menjadi pemberi pesan, dan berlaku juga sebaliknya dari pemberi pesan menjadi penerima pesan (Hardjana, 2003: 88). Gamble dan Gamble (2005: 17) menyatakan bahwa komunikasi interpersonal dapat membantu mengetahui siapa diri seseorang sebenarnya, memenuhi kebutuhan untuk melakukan kontak personal, dan menyebabkan perubahan pada sikap dan perilaku seseorang dan orang lain. Komunikasi interpersonal dinyatakan efektif bila pertemuan komunikasi merupakan hal yang menyenangkan bagi komunikan. Gerald R. Miller pada buku Rakhmat (2013: 117-118) menyatakan, memahami proses komunikasi interpersonal membutuhkan pengertian mengenai relasi simbiotik antara komunikasi dan perkembangan relasional: komunikasi mempengaruhi relasi, pengembangan, dan pada waktunya (secara serentak) pengembangan relasi mempengaruhi sifat alami dari komunikasi antara pihak-pihak yang berhubungan dengan relasi tersebut. Dalam hubungan interpersonal, memiliki self-disclosure (keterbukaan dalam hubungan). “Opening up certainly is important, one ingredient in interpersonal relationships is disclosure. Self-disclosure is the process of deliberately revealing information about one-self that is significant and that would not normally be known by others.” Atau dapat diartikan: membuka diri tentunya hal yang penting, satu faktor dalam hubungan interpersonal adalah keterbukaan. Keterbukaan adalah sebuah proses yang sengaja dilakukan untuk membuka informasi mengenai diri sendiri, yang penting/berdampak dan yang umumnya tidak diketahui oleh orang lain (Adler & Rodman, 2012: 215). Saat 14 Universitas Kristen Petra seseorang membuka diri kepada yang lain, hal ini biasanya merupakan tanda kepercayaan dan sayang (DeVito 2015: 59). 2.1.1 Elemen Komunikasi Interpersonal Menurut DeVito, elemen-elemen komunikasi interpersonal; (1) source—receiver, (2) encoding—decoding, (3) messages (meliputi juga seperti feedback dan feedforward), (4) channels, (5) noise, (6) context, (7) ethics. Gambar 2.1 Model Komunikasi Interpersonal Sumber: DeVito, Joseph A. Human Communications: The Basic Course 13th Edition Berikut adalah penjabaran dari setiap elemen-elemen komunikasi interpersonal (DeVito, 2013: 8-17): 1. Source—Receiver Komunikasi interpersonal setidaknya melibatkan 2 (dua) orang. Setiap individu melakukan fungsi sumber (source)—menyusun dan mengirim pesan—dan juga fungsi penerima (receiver)— menerima dan memahami pesan. Istilah source—receiver 15 Universitas Kristen Petra menekankan pada kedua fungsi yang dilaksanakan oleh tiap individu dalam komunikasi interpersonal. Siapa, apa yang diketahui, apa yang dipercayai, apa yang dihargai, apa yang diinginkan, apa yang telah disampaikan, dan bagaimana pengambilan sikap seseorang; itu semua mempengaruhi apa yang dikatakan, bagaimana mengatakannya, pesan apa yang diterima, dan bagaimana orang tersebut menerimanya. Demikian juga, saat seseorang berbicara dengan orang lain dan pengetahuan yang orang tersebut pikir lawan bicaranya miliki akan mempengaruhi pesan interpersonal itu. Setiap orang itu unik, komunikasi setiap orang itu unik. Kemampuan untuk berkomunikasi dengan efektif adalah yang dimaksud dengan kompetensi interpersonal. Kompetensi ini meliputi pengetahuan mengenai konteks tertentu dan dengan pendengar tertentu mengenai topik yang cocok dan mana yang tidak. Pengetahuan mengenai tata perilaku non-verbal—sebagai contoh, kesopanan untuk menyentuh, volume suara, dan kedekatan fisik—adalah bagian dari kompetensi. Kompetensi komunikasi dipelajari dengan cara observasi, instruksi terang- terangan, dan trial error. 2. Encoding—decoding Encoding mengarah kepada sebuah aksi untuk membuat pesan— contohnya, berbicara atau menulis. Sementara decoding merupakan kebalikannya dan mengarah kepada aksi untuk mengartikan pesan—sebagai contoh, mendengar atau membaca. Dengan mengirimkan ide melalui gelombang suara (dalam kasus berbicara) atau gelombang cahaya (dalam kasus penulisan), ide- ide ini diubah menjadi kode, oleh karena itu encoding. Dengan menerjemahkan gelombang suara atau cahaya menjadi ide, seseorang mengeluarkannya dari kode-kode, maka dari itu decoding. Istilah encoding—decoding digunakan untuk menekankan aktivitas ini dilakukan secara bergantian oleh setiap 16 Universitas Kristen Petra
no reviews yet
Please Login to review.