Authentication
226x Tipe PDF Ukuran file 0.11 MB Source: digilib.mercubuana.ac.id
ISSN 2337-6686 ISSN-L 2338-3321 MANFAAT KAJIAN FILASAFAT, NILAI ETIKA DAN PRAGMATIS ILMU PENGETAHUAN UNTUK MELAKUKAN PENELITIAN ILMIAH Tjen Dravinne Winata Universitas M.H. Thamrin Jakarta E-mail: tjendw@yahoo.com.sg Abstrak: Untuk melakukan penelitian ilmiah yang benar, peserta didik tingkat akademi/universitas di Indonesia perlu mengetahui metode ilmiah, nilai etika dan nilai pragmatis yang dikaji dari filsafat ilmu pengetahuan. Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang peraturan-peraturan metode ilmiah dalam melakukan penelitian ilmiah, melalui kajian filsafat ilmu pengetahuan, nilai etika dan nilai pragmatis dalam mencari kebenaran ilmu pengetahuan. Jenis penelitian ini adalah kajian pustaka dengan pendekatan secara retrospektif kualitatif. Dapat disimpulkan bahwa: (1) Metode ilmiah yang dilaksanakan secara bertanggungjawab sesuai hukum dan peraturan-peraturan penelitian, akan menjamin kesahihan hasil penelitian. 2. Hal mendasar dalam melakukan penelitian ilmiah adalah sistematis, benar, jelas dan logis dengan metode ilmiah yang dapat dipertanggung-jawabkan serta sesuai hukum atau aturan penelitian. (3) Metode ilmiah sebagai langkah- langkah, hukum atau aturan dalam mencari kebenaran ilmu pengetahuan adalah: (a) Perumusan masalah, (b) Pengajuan hipotesis, (c) Proses deduksi hipotesis melalui kajian literatur, (d) Pembuktian hipotesis melalui proses induksi, (e) Penerimaan hasil penelitian menjadi ilmu atau teori ilmiah baru yang bersifat kontruktif. Kata kunci: metode ilmiah, ilmu, pengetahuan, penelitian. Abstract: To conduct a scientific research, the students of the Academy/University in Indonesia need to know the scientific method, ethical values and the value of the examined from pragmatic philosophy of science.The purpose of this paper is to obtain an overview of the rules of the scientific method in conducting a scientific research, through the study of philosophy of science, ethics, values and pragmatic value in searching for the truth of science. The method used literature review with a qualitative retrospective approach. It can be concluded that: (1) the scientific method that is implemented in a responsible and legal research, regulations would ensure the validity of research results, (2) The fundamental thing in conducting scientific research is a systematic, correct, clear and logical scientific methods as well as appropriate defensible laws or rules of the study, (3) The scientific method as measures, laws or rules in seeking the truth of science are: (a) formulation of the problem, (b) the filing of a hypothesis, (c) the process of deduction hypothesis through the study of literature, (d) Proving the hypothesis through the process of induction, (e) the acceptance of the results of the research become a new scientific theory or science that is constructive. Key words: scientific method, science, knowledge, research. PENDAHULUAN berdasarkan hasil monitoring UNESCO terhadap fasilitas, Latar belakang penulisan makalah ini adalah perlunya akses, dan pemerataan atas distribusi institusi pendidikan upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan di telah terjadi penurunan peringkat kualitas pendidikan di Indonesia dimana salah satunya melalui penerapan metode Indonesia sebesar ±0,1% pada tahun 2011-2012. ilmiah tanpa mengabaikan nilai etika dan nilai pragmatis Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk dalam pelaksanaan penelitian ilmiah sebagai pemenuhan memperoleh gambaran tentang peraturan-peraturan metode persyaratan kelulusan bagi peserta didik tingkat ilmiah dalam melakukan penelitian ilmiah, melalui kajian akademik/universitas di Indonesia. Hal ini mengingat filsafat ilmu pengetahuan, nilai etika dan nilai pragmatis masih terdapat peserta didik yang terpaksa drop out, dalam mencari kebenaran ilmu pengetahuan yang sudah karena sejak awal kurang memahami hukum atau berkembang sejak pertengahan abad ke 2. Jenis penelitian peraturan-peraturan metode ilmiah dalam penelitiannya, ini adalah kajian pustaka dengan pendekatan secara sehingga tidak mampu menyelesaikan tugas akhir sesuai retrospektif kualitatif. dengan waktu yang ditetapkan. Pendidikan yang berkualitas merupakan salah satu PEMBAHASAN kunci keberhasilan dalam pengembangan intelektual dan Perbedaan Pengetahuan dan Pengalaman profesionalisme masyarakat, serta perannya menjadi Menurut Soekidjo N.(2005), perbedaan pengetahuan semakin penting saat Indonesia harus menjadi kuat dalam (knowledge) dengan ilmu (science) adalah hanya pada menghadapi persaingan global. Menurut USAID (2014), keguna untuk eksistensi kehidupan sehari-hari atau hanya Jurnal Ilmiah WIDYA 32 Volume 2 Nomor 2 Mei-Juli 2014 Manfaat Kajian Filasafat, Nilai Etika dan Pragmatis Tjen Dravinne Winata, 32 - 40 Ilmu Pengetahuan untuk Melakukan Penelitian Ilmiah bersifat sebagai existensial pragmatis, yang diperoleh 1. Sumber Pengetahuan; wilayah filsafat yang manusia dari bakatnya. Hal ini untuk mengetahui segala mempertanyakan tentang bagaimana cara pengetahuan sesuatu yang berasal dari pengalaman persentuhan diperoleh yakni (a) sumber rasio dan (b) religi yang inderanya (empirisme) dengan obyek pada alam sekitar dalam perkembangannya telah menyebabkan keberpihakan yang nyata maupun tidak. Pengalaman ini akan menjadi tentang sumber pengetahuan ini, dan membagi faham pengetahuan jika manusia membuat keputusan untuk Filsafat menjadi 2, yaitu (1) Faham Rasionalisme, mengolah obyek pengalaman, menurut sudut pandangnya dipelopori oleh Rene Descartes sebagai Bapak Filsafat berdasarkan akal budinya (rasionalisme). Perbedaan sudut Rasionalisme/Bapak Filsafat Modern, diikuti oleh Spinoza pandang manusia ini yang membedakan pengetahuan yang dihasilkan sedangkan upaya mencari kaitan dan dan Reibnis. Faham ini berkembang di Eropa dan dikenal hubungan antara pengetahuan yang satu dengan yang lain sebagai Filsafat Anglosaxon, mengakui rasio/akal/pikiran telah memicu manusia untuk selalu berpikir analitik. sebagai satu-satunya sumber ilmu pengetahuan yang pasti Pengetahuan ini baru dapat disebut ilmu (science) benar, selanjutnya dikenal sebagai cara berpikir deduktif. jika sudah dikaji secara ilmiah, dengan kriteria: (1) Pengetahuan yang dihasilkan adalah pengetahuan apriori mengandung 2 tingkat kesadaran yaitu: (a) Kesadaran yang mengandalkan pengetahuan akal budi atau tingkat pertama; kesadaran adanya obyek (dalam pengetahuan sebelum tahu atau mendahului pengalaman; keyakinan), (b) Kesadaran tingkat kedua; kesadaran (2) Faham Empirisme; dipelopori oleh David Hume bahwa ia sadar adanya obyek (fakta/empiris berdasarkan diikuti oleh Berkeley dan John Lock, yang berkembang panca indera sebagai alat bantu). (2) Jenis pengetahuan di Inggris dan dikenal sebagai Filsafat continental, faham yang terdiri: (a) Pengetahuan khusus; pengetahuan hanya ini mengakui indera dalam memperoleh pengetahuan mengenai satu saja, contohnya segitiga lancip, meja berdasarkan fakta-fakta dari pengalaman empiris sebagai makan, rumah joglo, (b) Pengetahuan umum; pengetahuan yang berlaku bagi seluruh jenis dan masing- satu-satunya sumber ilmu pengetahuan yang pasti benar masing dalam macamnya sendiri, contohnya segitiga, karena akal budi hanya dapat berfungsi kalau ada acuannya meja, rumah. (c) Pengetahuan biasa; pengetahuan dalam realitas atau pengalaman, selanjutnya dikenal sebagai kehidupan sehari-hari tanpa mengetahui lebih lanjut atau cara berpikir induktif. Pengetahuan yang dihasilkan adalah seluk beluknya, contohnya tahu tentang air, binatang, laut, pengetahuan aposteriori, yaitu pengetahuan berdasarkan (d) Pengetahuan tidak biasa; pengetahuan yang tidak pengalaman panca indera yang sudah dibuktikan kebenaran sekedar apanya sesuatu, tetapi sampai pada mengapa dan faktanya. bagaimana sesuatu itu ada. Faham Sintesis; yang dipelopori oleh Immanuel Beberapa Dasar Ilmu Pengetahuan Kant merupakan upaya sintesis atau penggabungan kedua Menurut Soekidjo N. (2005): faham Rasionalisme dan Empirisme, faham ini yang “Ilmu pengetahuan harus didasarkan pembuktian pengetahuan yang percaya bahwa pengetahuan harus didukung oleh kedua berasal pengalaman empiris (fakta), dan dibatasi oleh sifat fenomena sumber yang ada, baik sumber pengetahuan berdasarkan (gejala/kejadian/ keadaan pada suatu saat tertentu) terhadap suatu obyek yang menyentuh indera dan telah diolah dan diputuskan pertimbangan rasio maupun pengetahuan empiris yang berdasarkan akal budi (rasio) subyek”. Menurut Toeti N. (2005) dan Wikipedia (2014) tertangkap dalam ruang dan waktu. Pengalaman bahwa terdapat 4 hal mendasar yang dipertanyakan tentang (empirisme) yang diperoleh melalui indera penting sebagai pengetahuan agar dapat dikategorikan menjadi ilmu dasar membentuk pengetahuan, akal budi (rasionalisme) pengetahuan ilmiah yaitu: juga penting untuk mengolah pengalaman tersebut. Jurnal Ilmiah WIDYA 33 Volume 2 Nomor 2 Mei-Juli 2014 Manfaat Kajian Filasafat, Nilai Etika dan Pragmatis Tjen Dravinne Winata, 32 - 40 Ilmu Pengetahuan untuk Melakukan Penelitian Ilmiah Menurut Immanuel Kant: ketahui, dan dapat ditangkap oleh panca indera serta “pengetahuan tanpa rasio adalah buta, pengetahuan tanpa empiri prinsip bahwa semua yang di lihat ini adalah gejala; dan adalah kosong”. Ilmu Pengetahuan harus merupakan hasil dari perpaduan kedua sumber pengetahuan rasio dan empiris atau cara (2) Nomenon; sesuatu yang tidak diketahui dan berada berpikit deduktif (rasio) dan induktif (pengalaman empiris indera)”. di luar jangkauan indera kita, tetapi sangat nyata dan Masalah lainnya adalah adanya perbedaan antara sangat mempengaruhi dan sangat berarti dalam menata individu yang satu dengan individu yang lain, dimana apa hidup agar kita menjadi orang yang bermoral dan yang sama-sama dialami secara fisik/indera manusia oleh beragama, misalnya Tuhan, jagat raya, nasib manusia, masing-masing individu, akan memberikan kesan persepsi jiwa, ide, dan lain lain. yang diterima/pengalaman berbeda-beda pada masing- 3. Struktur Pengetahuan; dibedakan menjadi dua yaitu masing individu. Dengan kata lain pengetahuan yang Subyek dan Obyek dengan batas-batas tertentu. Rene berawal dari pengalaman sehari-hari yang sama (misalnya Descartes membedakan batas-batas subyek dan obyek bahasa dan pengalaman), dapat berkembang menjadi teori menjadi 2 substansi kesadaran, yaitu (a) Res Cogitans; yang berbeda, sebagai akibat cara berpikir/akal kesadaran subyek tentang kehadiran dan keberadaannya. sehat/penalaran akal budi/fokus pengamatan yang berbeda. Dengan moto: Saya berpikir maka saya ada (cogito ergo sebagai contoh teori figure-ground phenomena atau sum), Aku merupakan kesadaran, dan (b) Res extensa; Psikologi Gestalt, dimana manusia dapat dengan mudah keluasan obyek yang dihadapi kesadaran (substansi res menangkap bentuk/figure, karena ada kontur (garis bentuk) extensa). yang membatasi bentuk dari latar di belakangnya. Untuk 4. Keabsahan Pengetahuan; dibedakan berdasarkan 3 dapat melihat gambar latar berupa 2 (dua) wajah saling teori kebenaran pengetahuan, yaitu: (a) Kebenaran berhadapan, menurut Psikologi Gestalt, manusia dituntut Koherensi; jika tidak ada kontradiksi antara gagasan melakukan pengamatan lebih terhadap bagian-bagian dari yang satu dengan gagasan yang lain, maka kedua gagasan bentuk yang harus tampak terorganisir. bersifat koheren atau konsisten karena kedua gagasan tersebut sama. Sebagai contoh, suatu pernyataan dianggap benar bila pernyataan itu (misalnya pada proposisi tentatif/hipotesis) bersifat koheren atau konsisten dengan hasil penelitian/teori/ pernyataan sebelumnya (b) Kebenaran Korespondensi (veritas est adaequatio rei et intellectus); jika ada persesuaian atau hubungan antara ide (gagasan pada proposisi tentatif/hipotesis) dengan deskripsi realitas obyek dari ide atau fakta empiris hasil penelitian/ observasi/ eksperimen. Sebagai contoh, ide Gambar 1. Psikologi Gestalt, Figure- ground Phenomena. atau gagasan baru dianggap benar jika hasil survei memang Bentuk/figure (Warna Hitam- Vas Bunga) dan benar, misalnya ide bahwa semua peserta didik S3 Latar/ground (Warna Putih - Dua Wajah Saling Berhadapan). Sumber www.File: Multistability, mempunyai mobil mewah. Untuk menyatakan bahwa ide Wikipedia, the Free Encyclopedia-en.wikipedia . ini benar maka harus dilakukan survei dahulu. Jadi suatu org/ wiki/gestalt_psychology. pernyataan adalah benar jika materi pengetahuan yang 2. Batas-batas Pengetahuan; adalah pada apa yang kita dikandung dalam pernyataan tersebut, berkorespondensi ketahui dan apa yang tidak kita ketahui dan tercakup (ada persesuaian/hubungan) dengan obyek (deskripsi dalam ruang dan waktu. Hal ini dibedakan menjadi: (1) realitas obyek/hasil penelitian) yang dituju oleh pernyataan Fenomenon (gejala); batas pengetahuan yang dapat di tersebut; dan (c) Kebenaran Pragmatis; jika ada Jurnal Ilmiah WIDYA 34 Volume 2 Nomor 2 Mei-Juli 2014 Manfaat Kajian Filasafat, Nilai Etika dan Pragmatis Tjen Dravinne Winata, 32 - 40 Ilmu Pengetahuan untuk Melakukan Penelitian Ilmiah kebenaran yang bersifat konstruktif dan asas manfaat bagi (a) Proses Induksi; mengandalkan pengetahuan dari kesejahteraan masyarakat diukur dengan kriteria lain fakta-fakta pengalaman empiris yang dikumpulkan oleh selain nilai benar. Sebagai contoh, kriteria fungsional masyarakat ilmiah sebagai hasil pengamatan indera dan dalam kehidupan praktis, nilai mantap, mahal, ekonomis dinilai paling penting oleh Thomas Kuhn. (b) Proses untuk konstruksi jembatan, atau nilai aman dan etis untuk Deduksi; mengandalkan pengetahuan berdasarkan bedah jantung dan lain-lain. Contoh kebenaran pragmatis nalar/akal budi/rasio, yang dikenal sebagai dunia ide dan ilmu adalah jika ilmu itu bermanfaat, aman dan etis walau dinilai paling penting oleh Carl Popper. (c) Bahasa Ilmiah tidak koheren atau tidak korenpondensi, misalnya pada yang sangat erat hubungannya dengan logika dan statistika Ilmu Bedah Jantung. sebagai sarana berpikir ilmiah. Menurut Toeti N. (2005): “Hakikat kebenaran ilmu 3. Disusun secara Sistematis mengikuti Logika Tertentu pengetahuan, harus dapat diverifikasi/dipertanggung-jawabkan Ada 6 langkah dan 5 komponen informasi penting lewat metodologi sebagai jalan yang harus dilalui/ditempuh untuk mengubah pengetahuan menjadi ilmu dan pelaksanaannya dalam pencarian kebenaran pengetahuan, yang harus harus jelas dan logis”. dilaksanakan secara sistematis menurut urutan logika Perbedaaan Pengetahuan (Knowledge) dan Ilmu berpikir deduktif dan induktif, yaitu: Pengetahuan (Science) a) Langkah 1: Penemuan atau Penentuan masalah (informasi pertama -masalah); Persepsi dan bahasa Menurut Soekidjo N. (2005), seumum-umumnya sebagai pengalaman sehari-hari masyarakat ilmiah. ilmu pengetahuan masih harus didasarkan pada pembuktian Persepsi adalah apa yang dilihat sehari-hari, variabel yang ilmiah, baik berdasarkan pengalaman empiris maupun mempengaruhi persepsi: (1) atribut obyek persepsi, (2) keputusan rasio yang mendalam. Jadi bukan sekedar situasi lingkungan sosial persepsi, dan (3) karakteristik mengetahui obyeknya saja tetapi penalarannya harus subyek yang mempersepsi. Bahasa adalah bahasa yang mencakup: (1) Penyelidikan/penelitian dengan cara/metode digunakan sehari-hari oleh masyarakat ilmiah, sedangkan tertentu, dan (2) Dari hasil penyelidikan tersebut disusun pemurnian, adalah tuntutan agar persepsi dan bahasa teori yang sistematis, logis dan obyektif. Dengan kata (pengalaman sehari-hari) didefinisikan dengan akal lain ilmu adalah pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri: sehat/rasio peneliti, terkendali/terarah sehingga menjadi 1. Ada Obyek; Obyek Ilmu Pengetahuan dibedakan istilah-istilah/konsep-konsep ilmiah yang dapat digunakan menjadi obyek material sebagai obyek yang diselidiki, saat merumuskan masalah penelitian. yang dapat sama atau juga umum serta obyek formal b) Langkah 2: Perumusan Kerangka Masalah atau sebagai obyek khusus dari sudut mana ilmu itu dikaji dan mendeskripsikan masalah dengan jelas; Masalah penelitian yang mencirikan/membedakan ilmu satu dengan ilmu (problem) adalah masalah-masalah yang dijumpai oleh yang lain). Contohnya pada Sosiologi dan Psikologi, masyarakat ilmiah dalam kehidupan sehari-hari, yang obyek materia manusia, akan tetapi untuk obyek formalnya harus dirumuskan secara ilmiah dalam konteks yaitu: berbeda. Obyek formal untuk Sosiologi adalah kebudayaan (1) Latar Belakang Penelitian; Masalah dapat terjadi manusia, sementara obyek formal Psikologi pada keadaan jika ada kesalahan/ kekeliruan atau perbedaan antara kenyataan yang dijumpai di lapangan dengan apa yang psikologis manusia. seharusnya (teori-teori ilmu pengetahuan dari hasil-hasil 2. Ada Metode (Metodologi); yang menjamin untuk penelitian terdahulu/dari kepustakaan/internet). Masalah- mencari kebenaran ilmu, berupa 3 sistem langkah atau masalah yang dijumpai ini disampaikan secara ringkas peraturan yang menyangkut prosedur dalam rangka sebagai pernyataan dalam latar belakang tentang perlunya memperoleh pengetahuan yang disebut ilmu, yaitu: dilakukan penelitian. (2) Tujuan Penelitian disampaikan Jurnal Ilmiah WIDYA 35 Volume 2 Nomor 2 Mei-Juli 2014
no reviews yet
Please Login to review.