Authentication
241x Tipe PDF Ukuran file 0.29 MB Source: pepitaharyanti.files.wordpress.com
I. PENDAHULUAN Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan salah satu komoditas hortikultura dari kelompok tanaman sayuran umbi yang sangat potensial sebagai sumber karbohidrat dan mempunyai arti penting dalam perekonomian di Indonesia. Pengembangan agribisnis kentang mempunyai prospek yang baik, karena dapat menunjang program penganekaragaman (diversifikasi) pangan, peningkatan pendapatan petani, perbaikan gizi masyarakat, sebagai komoditas ekspor dan bahan baku industri pangan. Kentang merupakan jenis sayuran yang diprioritaskan pengembangannnya karena merupakan sumber karbohidrat yang dapat mensubstistusi bahan pangan lain seperti beras, jagung dan gandum. Produksi kentang di Indonesia cukup tinggi dan dari tahun ke tahun cenderung mengalami peningkatan. Tahun 2007 produksi kentang mencapai 1.003.732 ton dan tahun 2008 naik menjadi 1.071.543 ton (BPS, 2009). Ditinjau dari nilai gizinya, kentang merupakan salah satu jenis umbi- umbian yang dapat dijadikan sebagai sumber gizi yang potensial. Zat-zat gizi yang terdapat dalam umbi kentang antara lain karbohidrat, mineral (besi, fosfor magnesium, natrium, kalsium dan potasium), protein serta vitamin terutama vitamin C dan vitamin B1. Selain itu, kentang juga mengandung lemak dalam jumlah yang relatif kecil, yaitu sebesar 1,0-1,5 persen (Smith dan Talburt, 1987). Pada umumnya masyarakat Indonesia mengkonsumsi kentang hanya sebatas sebagai bahan pelengkap makanan dan masih sedikit pemanfaatannya 1 dalam industri pangan. Pengembangan cara baru dalam pengolahan kentang perlu dilakukan untuk meningkatkan nilai ekonomis dan sebagai salah satu upaya diversifikasi pangan. French fries merupakan produk olahan yang menunjukkan kecenderungan semakin populer dalam pola konsumsi masyarakat Indonesia. Kendala ketersediaan bahan mentah (varietas) yang cocok untuk pembuatan french fries menyebabkan sebagian besar produk tersebut masih diimpor dalam bentuk frozen french fries (Adiyoga et al., 1999). Varietas kentang yang banyak dibudidayakan di Indonesia adalah Granola. Wibowo et al. (2006) menyatakan bahwa bahan kering kentang varietas Granola berkisar antara 14-17,5 persen sehingga termasuk dalam kategori rendah. Kadar bahan kering kentang yang kurang dari 20 persen sebaiknya digunakan untuk sayuran atau salad dan kurang sesuai untuk bahan dasar industri (potato chips dan french fries). Dalam perkembangannya, munculah varietas-varietas baru yang lebih unggul dan memberikan harapan besar terhadap peningkatan produksi kentang di Indonesia. Diantara beberapa varietas yang baru ini antara lain varietas Krespo dan Tenggo. French fries merupakan makanan ringan yang lebih mengutamakan kenampakan, kerenyahan dan warna. Sehubungan dengan hal tersebut maka diperlukan peningkatan kualitas french fries terutama dari segi warnanya. Masalah utama yang biasa dihadapi pada kentang olahan adalah sangat mudah mengalami perubahan warna terutama terjadinya pencoklatan atau browning enzimatis. Pencoklatan dapat mengakibatkan perubahan-perubahan yang tidak diinginkan, 2 karena menyebabkan kenampakan produk yang tidak baik dan timbulnya citarasa lain sehingga dapat menurunkan mutu (Susanto dan Saneto, 1994). Menurut Wahyuningsih (2005), proses pencoklatan yang terjadi akan mengurangi kualitas produk dan menurunkan minat konsumen. Warna produk hasil pengolahan dapat dipertahankan dengan perlakuan pendahuluan sebelum penggorengan, yaitu blanching. Blanching merupakan proses perlakuan panas yang secara umum diterapkan pada buah dan sayur sebelum pembekuan, pengeringan atau pengalengan. Makanan kering atau beku yang tidak diblanching mengalami perubahan kualitas yang relatif cepat seperti warna, flavor, tekstur dan nilai gizi akibat aktifitas enzim yang terus berlangsung (Sharma et al., 2000). Blanching sangat penting dalam proses pengolahan pada industri pengolahan sayur dan buah terutama untuk inaktivasi enzim dalam bahan pangan tersebut. Pada pembuatan french fries, blanching sangat mempengaruhi produk yang dihasilkan terutama terhadap warna dan kerenyahannya. Blanching akan menyebabkan terbentuknya rongga-rongga yang ditinggalkan oleh air yang menguap. Rongga-rongga ini pada saat penggorengan akan diisi oleh minyak sehingga akan membentuk struktur yang porous yang menyebabkan french fries menjadi renyah. Penentuan metode yang digunakan mempunyai peranan penting dalam blanching. Artinya dengan menggunakan metode yang tepat diharapkan akan dihasilkan produk yang baik kualitasnya. Sebagaimana diketahui bahwa perlakuan blanching adalah suatu proses pemanasan, baik menggunakan air mendidih maupun dengan uap panas. Dalam hal ini sudah tentu ada penghantar panas dari 3 media pemanas ke bahan yang dipanaskan. Sehubungan dengan hal tersebut maka penetrasi panas dipengaruhi oleh tingkat kemasakan, ukuran bahan, varietas, suhu dan metode yang digunakan (Muljohardjo dan Gardjito, 1980). Menurut Fellows (1990), blanching dapat dilakukan dengan metode hot water blanching (perebusan dengan air mendidih) dan steam blanching (pengukusan dengan uap air panas). Warna yang diharapkan pada french fries adalah kuning sampai dengan kuning keemasan tanpa pencoklatan berlebih (Lisinka dan Leszczynski, 1989). Penelitian yang dilakukan oleh Jiman (2003) menyebutkan bahwa adanya perlakuan blanching saja belum cukup untuk dapat menghambat pencoklatan enzimatis secara optimal karena masih dihasilkan keripik kentang dengan warna yang cenderung kecoklatan. Terkait dengan hal tersebut maka perlu adanya kombinasi antara blanching dengan bahan lain yang dapat mencegah pencoklatan enzimatis secara optimal pada french fries. Salah satu bahan tambahan makanan yangdapat digunakan sebagai inhibitor proses pencoklatan adalah asam askorbat. Asam askorbat merupakan reduktor yang kuat dan mampu bertindak sebagai oksigen scavenger, sehingga akan mencegah terjadinya oksidasi enzimatis senyawa-senyawa fenol yang terkandung dalam kentang (Winarno, 1997). Meliani (2004) menyatakan bahwa perendaman dalam larutan asam askorbat pada konsentrasi 0,4% menghasilkan keripik kentang dengan warna putih kekuningan sampai kuning, tekstur renyah dan flavor yang mendekati enak. Namun Winarno dan Rahayu (1994) menyatakan bahwa penggunaan asam askorbat sebagai bahan tambahan pangan (BTP) untuk potongan kentang goreng beku yang dianjurkan adalah sebesar 100 mg/kg baik tunggal maupun campuran dengan sekuestran. 4
no reviews yet
Please Login to review.