Authentication
158x Tipe DOCX Ukuran file 0.08 MB Source: sc.syekhnurjati.ac.id
1 ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN UNTUK BERBELANJA DI PASAR TRADISIONAL DAN PASAR MODERN (STUDI PADA MASYARAKAT DI KELURAHAN SUMBER) Disusun Oleh : WINDY APRILLIANI NIM. 14122211065 KEMENTRIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SYEKH NURJATI CIREBON 2016 M/ 1437 H ABSTRAK Pasar menjadi tempat untuk melakukan transaksi jual beli, dimana dalam pengertian ekonomi, pasar merupakan tempat bertemunya permintaan dan penawaran barang. Semula, transaksi di pasar dilakukan secara langsung antara penjual dan pembeli dengan adanya proses tawar menawar. Pola transaksi seperti ini terjadi pada pasar tradisional. Namun seiring perkembangan zaman, transaksi jual beli dapat dilakukan secara tidak langsung dengan adanya bar code harga pada barang yang telah disediakan sehingga tidak ada tawar menawar antara penjual dan pembeli. Pola transaksi seperti ini terjadi pada pasar modern. Liberalisasi sektor perdagangan eceran pada tahun 1998 telah mendorong munculnya berbagai pasar modern di Indonesia. Dalam beberapa tahun saja, pasar modern dapat terus meningkatkan pangsa pasarnya, tidak hanya di daerah perkotaan tetapi juga sudah sampai ke pelosok-pelosok desa. Fenomena peningkatan jumlah pasar modern juga terjadi di Kabupaten Cirebon. Berdasarkan data Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Cirebon dalam kurun waktu tahun 2012-2015 menunjukkan bahwa setiap tahunnya terdapat peningkatan jumlah pasar modern, sementara jumlah pasar tradisional tidak mengalami perubahan. Berdasarkan hal tersebut, dapat menimbulkan preferensi konsumen untuk memilih tempat berbelanja. Preferensi konsumen bukan hanya ditujukan untuk memilih barang yang akan dibeli saja melainkan juga memilih tempat berbelanja. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan preferensi konsumen untuk berbelanja di pasar tradisional dan pasar modern. Lokasi penelitian dilakukan pada masyarakat di Kelurahan Sumber Kecamatan Sumber Kabupaten Cirebon. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah Stratified Random Sampling, dengan sampel yang diambil sebanyak 99 responden. Metode analisis data yang digunakan adalah wilcoxon sign test dengan menggunakan aplikasi SPSS versi 21. Dari hasil penelitian dengan menggunakan wilcoxon sign test dapat diketahui nilai Z hitung = -3,894 dan Z tabel = ± 1,96, karena z hitung berada di daerah 2 penolakan H maka dapat disimpulkan bahwa H ditolak dan H diterima. Dengan 0 0 a memerhatikan asymp.sig untuk uji dua sisi adalah 0,000 yang lebih kecil dari 0,05, maka H ditolak dan H diterima. Hal ini berarti bahwa terdapat perbedaan preferensi 0 a konsumen berbelanja di pasar tradisional dan pasar modern. Indikator yang membedakan adalah harga barang, proses tawar menawar, potongan harga, kualitas produk, retur pembelian, barang sandang, barang kebutuhan pokok, iklan, bonus/ hadiah, jalan-jalan/ refreshing, kenyamanan, keamanan, tempat makan, fasilitas mushollah, toilet, tempat parkir, dan lokasi strategis. Sedangkan untuk indikator barang subtitusi, keragaman barang, serta pembelian peralatan rumah tangga tidak mengalami perbedaan antara preferensi konsumen untuk berbelanja di pasar tradisional dan pasar modern. Kata kunci : Pasar tradisional, Pasar Modern, dan Preferensi Konsumen. ABSTRACT The market became a place to make buying and selling activity, which in economic terms, the market is a meeting place of demand and supply of goods. Initially, transactions in the market are made directly between the seller and the buyer with the bidding process. The patterns of such transactions take place in the traditional markets. However, over the times, the sale and purchase transactions can be done indirectly by the bar code on the prices of goods that have been provided so that there is no bargaining between the seller and the buyer. Patterns such transactions occurred in the modern market. The liberalization of the retail trade sector in 1998 has encouraged a modern market in Indonesia. Within a few years, the modern market can continue to improve its market share, not only in urban areas but also to the outlying villages. The phenomenon of an increasing number of modern market also occurred in Cirebon. Based on data from the Department of Industry and Trade of Cirebon in the period 2012-2015 shows that every year there are an increasing number of modern markets, while the number of traditional markets has not changed. Based on this, it may cause consumer preferences to choose where to shop. Consumer preferences not only intended to select items to be purchased alone but also choosing where to shop. The purpose of this study is to determine whether there is any difference in consumer preference to shop at traditional markets and modern markets. Location of the research take place on people in the village Sumber, Sumber District of Cirebon. The sampling technique in this study was stratified random sampling, with samples taken by 99 respondents. Data analysis method used was Wilcoxon sign test by using SPSS version 21. From the results of the study using the Wilcoxon sign test, it can be known the value of Z count = -3.894 and a Z table = ± 1.96, for z count is in the region of rejection of H it can be concluded that H rejected and H accepted. By watching 0 0 a Asymp.Sig for two-sided test is 0.000, which is smaller than 0.05, then H rejected 0 and H accepted. This means that there are differences in the preferences of a 3 consumers shopping at traditional markets and modern markets. Indicators that set the price of goods, bargaining process, rebates, product quality, purchase returns, goods, clothing, essential goods, advertising, bonus / reward, refreshing, comfort, security, dining, facilities mushollah, toilet , a parking lot, and a strategic location. As for the indicators of substitute goods, the diversity of goods, as well as the purchase of household appliances do not experience the difference between the preferences of consumers to shop at traditional markets and modern markets. Keywords: Traditional Market, Modern Market and Consumer Preferences. A. Latar Belakang Pasar adalah sebuah mekanisme pertukaran barang dan jasa yang alamiah dan telah berlangsung sejak peradaban awal manusia. Islam menempatkan pasar pada kedudukan yang penting dalam perekonomian. Praktek ekonomi pada masa Rasulullah dan Khulafaurrasyidin menunjukkan adanya peranan pasar yang besar. Rasulullah sangat menghargai harga yang dibentuk oleh pasar sebagai harga yang adil. Beliau menolak adanya suatu price intervention seandainya perubahan harga terjadi karena mekanisme pasar yang wajar.1 Agar mekanisme pasar dapat berjalan dengan baik dan memberikan mutual goodwill bagi para pelakunya, maka nilai-nilai moralitas mutlak harus ditegakkan. Secara khusus nilai moralitas yang mendapat perhatian penting dalam pasar adalah persaingan yang sehat (fair play), kejujuran (honesty), keterbukaan (tranparancy) dan keadilan (justice). Berdagang merupakan aktivitas yang paling umum dilakukan di pasar. Rasulullah SAW pun menjadi seorang pedagang yang turun langsung melakukan aktivitas perdagangan di pasar. Sebagaimana tercerminkan dalam firman-Nya sebagai berikut : Dan Kami tidak mengutus Rasul-rasul sebelummu (Muhammad), melainkan mereka pasti memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar. Dan Kami jadikan sebagian kamu sebagai cobaan bagi sebagian yang lain. Maukah kamu bersabar? Dan Tuhanmu Maha melihat. (QS. Al- furqon: 20).2 1Penghargaan Islam terhadap mekanisme pasar berdasar pada ketentuan Allah bahwa perniagaan harus dilakukan secara baik dengan rasa suka sama suka (antaradin minkum/ mutual goodwill), sebagaimana dinyatakan pada QS. Annisa (4) : 29 lihat pada P3EI, Ekonomi Islam, (Jakarta: Raja Grafindo, 2008), hlm. 303. 2Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahan. (Bandung: PT. Cordoba , 2000), hlm. 361. 4 Ayat tersebut menjelaskan bahwa Rasulullah SAW pun memakan makanan 3 dan masuk ke pasar untuk mencari nafkah. Hal tersebut mencerminkan bahwa kegiatan perdagangan yang terjadi di pasar dilakukan secara terbuka untuk berbagai kalangan. Pasar selama ini telah menyatu dan memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, bagi masyarakat pasar bukan hanya menjadi tempat bertemunya pembeli dan penjual tetapi juga sebagai wadah melakukan interaksi sosial. Pelaku ekonomi di pasar terdiri dari pedagang, pembeli, pemasok barang dan kelembagaan. Secara umum, masyarakat mengenal dua jenis pasar yaitu pasar tradisional dan pasar modern. Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli dengan ditandai adanya kegiatan tawar menawar. Pada pasar tradisional ini terjadi interaksi secara langsung antara penjual dan pembeli. Pasar tradisional yang kerap kali diidentikkan sebagai kekuatan ekonomi kerakyatan merupakan bentuk dwitunggal antara pasar tradisional dengan rakyat. Adanya pasar tradisional tidak lepas dari kebutuhan ekonomi masyarakat setempat. Eksistensi hadirnya pasar tradisional merupakan institusi vital bagi rakyat untuk memenuhi kebutuhan sehari- hari. Disisi lain, pasar tradisional memiliki peranan penting dalam rangka peningkatan pendapatan masyarakat setempat dan penyerapan tenaga kerja. Seiring dengan perkembangan zaman, pola transaksi secara langsung tersebut tergantikan dengan kemunculan adanya pasar modern. Di mana pasar modern merupakan tempat transaksi jual dan beli dengan tidak adanya interaksi penjual dan pembeli secara langsung. Pada pasar modern, pembeli melakukan pelayanan sendiri untuk memilih barang yang diinginkan dengan ketentuan harga sesuai dengan yang tertera pada barcode. Selain pelayanan yang dilakukan sendiri, konsumen pun ditawarkan dengan adanya fasilitas yang nyaman untuk berbelanja. Liberalisasi sektor perdagangan eceran pada tahun 1998 telah mendorong munculnya berbagai pasar modern di Indonesia. Dalam beberapa tahun saja, pasar modern dapat terus meningkatkan pangsa pasarnya, tidak hanya di daerah perkotaan tetapi juga sudah sampai ke pelosok-pelosok desa. Ketua Umum IKAPPI menyampaikan bahwa pertumbuhan toko/pasar modern meningkat dari 10.365 gerai menjadi 18.152 toko, sekitar 7.000 toko baru muncul dalam waktu 4 tahun atau diasumsikan terdapat 4 toko baru per hari4. Fenomena peningkatan jumlah pasar modern juga terjadi di Kabupaten Cirebon. Berdasarkan data Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Cirebon dalam kurun waktu tahun 2012-2015 menunjukkan bahwa setiap tahunnya terdapat peningkatan jumlah pasar modern, yang terdiri dari departemen store dan minimarket. 3M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, (Tangerang: Lentera Hati, 2005), hlm. 444. 4Bisnis.co. 2014. Pasar Tradisional berkurang 3.000 unit, apa penyebabnya?, http://industri.bisnis.com/read/20140226/12/206343/pasar-tradisional-berkurang-3.000-unit-apa- penyebabnya, diakses pada hari Rabu, 10 Februari 2016, pkl 20.05 WIB.
no reviews yet
Please Login to review.